Arsip

Monday, November 5, 2012

SAPI SEMBELIHAN DAN DILARANG MEMELIHARA ANJING. ANEH TAPI NYATA.

Sering kita mengalami keanehan saat kita mendengarkan pandangan umat kita, baik pendengarnya maupun yang berbicara.
KALAU anda bertanya (cukup bertanya saja tidak usah mengemukakan pendapat anda) suatu ayat dalam AL QUR'AN (katakanlah surah 3:45, atau surah 5:47-48, 2:62, 5:69, 22:17) maka semua akan "menyeringai" tidak senang karena bertentangan dengan apa yg dia ajarkan / pahami turun temurun yang diturunkan -"menurut si A"- atau -"kata si B"- alias tidak sesuai dengan kepentingan pribadinya / egonya / golongannya / partainya walaupun AL QUR'AN (yang diwahyukan oleh Allah Yang Maha Perkasa) jelas-jelas merincinya bertentangan dengan pemahaman mereka. Mereka akan membantah / menyanggah keras sejadi-jadinya, mempertanyakan dengan bermacam-macam dalil / dalih yang entah buatan siapa dan kalau perlu pada akhirnya akan memakai dalil: " POKOKNYA saya yang paling benar!".
Padahalnya di Al Qur'an surah Huud ayat 1 (surah 11:1) difirmankanNya:

"Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara TERPERINCI, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu."



TAPI.........
KALAU dikemukakan sesuatu yang sumbernya bukan dari Al Qur'an walaupun itu hanya sebuah dongeng yang konyol yang tidak jelas asal usulnya, semua pendengar senang dan tidak pernah mempertanyakan buktinya, tidak mempertanyakan; "Mana buktinya?" atau "Ditulis dikitab mana, ditulis oleh siapa?", semua otomatis setuju. Aneh bukan?
Aneh bin nyata padahal baik Al Qur'an maupun terjemahnya mudah didapat, bisa didapat dimana saja kalau memang mau melakukan "cross check", tapi itu tidak pernah dilakukan, kalaupun jika ada yang kebetulan melakukan "cross check" atau hapal ayat tersebut biasanya dia / mereka akan berkilah; "Ayat tersebut sudah kadaluwarsa (????), atau pengamalannya pada jamannya berbeda", bahkan saya pernah mendengar sebuah kilah yang amat sangat mencengangkan: "Di Al Qur'an saya ayat tersebut tidak ada!", padahal saya tahu persis kenalan saya tersebut memiliki terjemahan Al Qur'an sebab menurutnya itu bukan Al Qur'an. Seharusnya kalau perlu beli beberapa buah terjemah Al Qur'an yang terjemahannya berbeda-beda, banding-bandingkan dan baca yang terjemahannya paling "lurus" SETIAP kita membaca sebuah ayat menurut akal sehat dan nalar sehat kita. Bukankah Islam adalah untuk mereka yang berakal, yang tidak berakal tidak wajib beragama dan kita sering mendengar dalam khotbah-khotbah diungkapkan: "Islam agama akal".
Ternyata yang selain Al Qur'an maupun karangan dongeng nina bobo lainnya yang gak jelas asal usulnya lebih mumpuni mempengaruhi pemahaman umat dibandingkan dari Al Qur'an -yang pasti-pastinya jelas dimana bisa dan mudah didapatkan untuk melakukan "cross check"-. Kalau sumber yang tidak jelas tersebut cocok dengan kepentingan pribadinya / egonya / golongannya / partainya maka otomatis disebut "Soheh". Kalau merugikan kepentingan pribadinya / egonya / golongannya / partainya maka disebut "Tidak soheh". Entah betul tidak saya menuliskan soheh dengan ejaan seperti itu.

MUNGKIN...... itu yang didalam ISLAM disebutkan "DILARANG MEMELIHARA ANJING".
WALAUPUN sumbernya dari AL QUR'AN kalau tidak mendukung kepentingan akal bulusnya / pribadinya / egonya / golongannya / partainya maka muncul "Keanjingannya", langsung menyeringai menunjukan "taring-taring" nya, melipat "buntut" nya keantara kedua kaki belakangnya bersiap-siap meng "gigit" siapa saja yang menyampaikan tidak menguntungkan kepentingan golongannya. Padahal pada surat Kahfi dikiaskan "anjing" harus ditinggal diluar "gua" (surat 18:18).
 
Tetapi jika sumbernya selain Al Qur'an walaupun referensinya tidak jelas asalnya dari mana alias kabur, kalau mendukung kepentingan pribadi \ ego \ golongannya \ partainya maka "keanjingannya" langsung naik ke kursi  atau dipan merendahkan kepalanya dengan riang, menjilat-jilat sambil mengibas-ngibaskan ekornya.

ATAU MUNGKIN...... itu yang dalam surah Al Baqarah ayat 71 yang diistilahkan "Sapi belang", penyembahannya belum murni semata karena Allah tapi masih "belang" dengan kepentingan pribadinya / egonya / golongannya / partainya. Contoh lainnya, naik haji tidak semata murni karena ingin menyembah Allah tetapi masih di "belangi" embel-embel niat agar jabatannya langgeng, agar naik pangkat, agar laris dagangannya, agar dapat jodoh dlsb.
DITAMBAH PULA.....kebetulan yang mendengarkan tergolong yang diistilahkan dalam surah Al Baqarah ayat 71 tsb. termasuk golongan "sapi pembajak tanah", manusia yang tidak permah berfikir, yang hanya bisa maju, belok kanan atau kiri saja sesuai dogma penggembala (panutannya) apalagi jika penggembalanya seorang pesohor. Itupun baru mau maju kalau sudah di"pecut" dengan iming-imingi "surga", bahkan "sapi pembajak tanahnya" tidak bisa "mundur" alias tidak mau memakai akalnya lagi. Jadi langsung setuju saja tanpa reserve, tanpa memakai akal sehatnya. "Sapi"nya belum tergolong "sapi sembelihan" yang siap menyerahkan "leher"nya untuk di"sembelih"/ dikurbankan nafsu-nafsu rendahnya. Tak aneh korupsi merajalela padahal sudah menyembelih berjuta-juta ekor sapi yang dhohir setiap tahunnya dan mengaku sebagai bangsa yang paling beriman terbesar didunia.
Allah dalam Al Qur'an menggolongkan mereka sebagai "keledai penggotong kitab" "Yang suaranya buruk" pada Surah Al Jumu'ah : 5 dan Lukman :19 (Surah 62:5 & 31:19) karena mendustakan ayat-ayat Nya ;




Itu kan kata saya, anda bebas merdeka dan tidak wajib percaya. Mohon maaf kalau tidak berkenan.


Saturday, October 27, 2012

Komentar Teman dari Seorang Simpatisan

Seorang simpatisan blog ini menyampaikan kesan dari seorang temannya setelah padanya diperkenalkan alamat dari blog ini & membacanya. Komentar beliau adalah "Absurd tapi masuk akal". Ini adalah komentar & pandangan jujur dari orang lain tentang diri kita yang harus kita hargai. Selamat membaca.

Saturday, September 10, 2011

“SHALAT MENYEMBAH AGAMA CIPTAAN ALLAH,
BERBEDA DENGAN SHALAT MENYEMBAH ALLAH”
(Lanjutan tentang TAUHID) Oleh : KH Amiruddin Syah

Mari kita lihat dua ayat yang berbeda sasarannya sbb :

”Hadapkanlah wajahmu kepada agama ciptaan / fitrah ALLAH” (Ar-Rum S.30 : 30)

”Padahal mereka tidak diperintah, kecuali menyembah ALLAH dgn LURUS”
(Al-Bayyinah S.98 : 5)

Ini perlu diajarkan kembali terutama di sekolah2 unggulan. Kepada Guru pengajar Agama, diharuskan memahami dan mengerti, apakah shalat menyembah agama ciptaan Allah atau menyembah ALLAH, ini sangat jauh perbedaan dan visinya. Sebab, anak2 yg hadir di abad 21, yakni abad kelipatan Tujuh ini, secara alami banyak yg punya kemampuan SPIRITUAL QUOTIENT yang tinggi.

Hakekat Shalat ialah berhubungan langsung dengan ALLAH, sebagaimana disampaikan dlm surat Al-Bayyinah 98 : 5 di atas. Kalau shalat hanya sebagai kewajiban saja atau sebagai tiang agama, maka itu berlaku hanya sebagai amal yg tidak ada hubungannya dgn Allah. Ini yg disindir di dlm surat Al-Baqarah S.2 : 71. Ibarat Sapi pembajak bumi atau Kuda pengangkut Kitab, karena diperintah majikannya. Sedang beragama harus Merdeka, tidak terikat oleh Ruang dan Waktu.

Pertama : MENGHADAP ( MI’RAJ) :
Dalam shalatnya dia menghadap dan menyaksikan kepada siapa ia menghadap. Sedangkan yg dihadapinya, jelas tampak dan telah menyaksikan terlebih dahulu terhadap yang menghadap, inilah ”Shalat Mi’raj”.
Contoh : ”Seorang prajurit berusaha menghadap kepada Panglimanya di Markas Besar.
Waktu bertemu, dia langsung memberi hormat dan Panglimanya pun membalas dgn hormat pula”. Begitulah hubungan Manusia dgn Tuhannya. Begitulah hakekat shalat sesuai dgn surat Al-Kautsar S.108 ayat 2 : ”Fasalli li rabbika wanhar” (Shalat yg khusyuk tidak bergerak dan tidak berucap, sebab sedang menghadap dan meng-qurban-kan Jasad).

Kedua : MENGINGAT ( DZIKRULLAH ) :
Sesudah mengenal serta melihat dan dilihat. Ketulusan kepada Allah dan penyembahan kepada Allah menjadi mudah.Inilah shalat terus menerus sebagaimana diperintahkan Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Maarij S.70 : 23 :”Aladzi nahum ’ala shalaatihiim da’imuum”, Artinya : Mereka tetap dalam bershalat terus menerus.
Inilah shalatnya para Nabi, termasuk Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa AS. Dan begitu pula perintah pertama dari Allah kepada Nabi SAW, sewaktu beliau pertama kali berjumpa dgn Allah di Malik ul Mulk (Singgasana Allah di Arshy). Diperintahkan Allah agar umat Manusia bershalat sesuai dgn perintah Al-Ma’arij S.70 ayat 23. ”Bershalat dan berqurbanlah”. Surat Al-Kautshar S.108 ayat 2 (menghadap).
”Bershalat dan berzakat”.: Surat Maryam S.19 ; 31 (menghadap).
”Bershalat mengingat Allah lebih besar manfaatnya!’ Surat Al-Ankabut S.29 : 45 (Dzikrullah).

Sebuah Syair mengatakan sebagai berikut :
”Dibangunkan Masjidil Haram Oleh Nabi SAW.
Di situlah Insan melaksanakan kewajiban.
Dibangunkan Masjidil Haram Oleh Tuhan.
Di situlah Ihsan Menyembah, Menemui Tuhan”.

Terkait dgn taqwa, maka mereka yg beriman sangat takut meninggalkan shalat. Jadi taqwa di sini bukan takut api neraka, melainkan karena CINTAnya kepada Allah yang dilambangkan sebagai Kekasih :
”Para pecinta nanar mencari Yang Dicintai,
Kerinduan memancar dari Hati Sanubari,
Pencari mencari Sang Kekasih, ingin menemui,
Yang Dicintai segera datang menghampiri”

Sesuai dgn hadits Nabi SAW :
“Sejengkal engkau ingin menemui Allah, maka sedepa Allah mendatangimu.
Berjalan engkau menuju Allah, maka berlari Allah menghampirimu”

Allah mampu memelihara perjalanan si Fakir dan sekaligus munajat si Fakir itu segera ditepati oleh Allah, sehingga antara si Fakir dgn Tuhannya, tiada jarak berjarak. Kalau umat Manusia yg beragama berusaha ke arah perjumpaannya kpd Allah, maka dari sini nanti akan muncul keseragaman pandang terhadap kehadiran Allah, dan mereka sama-sama ”Berukhuwah Bashariyah”, maka terhindar dari perpecahan baik antar agama, maupun intern agama. Dari sini munculnya akhlak, budi pekerti yg baik, serta tingkah laku sopan, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Sebagaimana amanah, fathonah, sidiq , tabliq dan qana’ah yg dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ketiga : SHALAT MENCARI KEHADIRAN ALLAH
Berusaha dan berdoa ditujukan hanya kepada Allah. Sebagai Fakir harus Jujur, jangan berlagak pintar. Termasuk kepada Guru Tauhid, harus jujur dan polos, sebab kalau belang atau sudah merasa pintar, maka Guru Tauhid-Mursyid akan berlalu dgn senyum. Di sini sering terjadi, karena merasa sudah di-Ulama-kan akhirnya malu mengakui kekurangan, padahal itu merupakan kekurangan yg fatal.
Shalat kalau tidak jelas yg dituju atau yg sedang fakir kepada Allah, tidaklah shalatnya akan khusyuk. Jadi shalat yg khusyuk, pada umumnya berlaku pada urutan pertama dan kedua dari shalat yg dijelaskan di atas.
Sebuah syair :
”Gerakan Shalat dapat berbeda,
Tujuan Shalat hendaklah sama,
Bukan mengharapkan upah Surga,
Melainkan ingin akrab kepada NYA”.

Keempat : SHALAT KARENA KEWAJIBAN ATAU KARENA PERINTAH
Hal seperti ini yg banyak terdapat pada umat beragama. Saya shalat karena diperintah, krn kewajiban. Kalau akal sudah tidak bertanya lagi, perintah untuk apa, ayatnya yg mana, ini termasuk menggunakan akal naluri. Bekerja atas perintah atau karena mengharap upah surga, supaya mudah rezki dunia, supaya perut kenyang, ini tidak termasuk ibadah, kecuali amal saja, bahkan sia-sia.
Begitu pula shalat ikut-ikutan, ini juga termasuk amal olah raga. Jadi amal merupakan perbuatan dunia yg baik. Amal adalah berbuat baik thdp sesama manusia. Berbuat baik terhadap alam lingkungan termasuk hewan. Berbuat baik terhadap diri sendiri, terutama yg terkait dgn ibadah. Diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW : "Jangan berbohong, jangan tidak membayar hutang, jangan mungkir janji". Kebohongan yg paling berat dan yg paling besar ialah berbohong kepada Allah. Coba kita renungkan suatu Kalimat Syahadat :"Bersaksi Aku, tiada Tuhan Selain Allah, dan Bersaksi Aku bhw Muhammad adl Rasul Allah". Renungkan dan bawa Tafakur, lalu tanya diri sendiri, jangan mengkhianati diri dan orang lain, hakimi diri sendiri dgn pertanyaan : "Kapan dan di mana saya bersaksi?", "Seperti apa yg saya saksikan itu?". "Di mana dan Muhammad mana yg telah saya saksikan?". Pertanyaan demikian hendaklah disampaikan dalam kejujuran.
Blog ini semata untuk mereka yang meyakini bahwa keindahan, keagungan dan kebesaranNya justru tampak lebih jelas dan indah didalam perbedaan-perbedaan dan keaneka-ragaman yang diciptakanNya dan disamping untuk menambah wawasan bagi saudara-saudara kami yang meyakini adanya kedamaian universal didalam kebenaran Islam. Bagi saudara-saudara kami yang merasa sudah mencapai Kebenaran pada jalan berbeda, kami ucapkan selamat dan terimakasih kami atas toleransinya yang sudah diberikan kepada kami. Jika pemahaman kami ini terasa mengganggu kenyamanan Ibu / Bapak / Saudara-saudari kami mohon keichlasannya untuk memaafkan, biarkanlah kami tetap dalam upaya 'pencarian' kami dan kami persilahkan menutup blog ini atau silahkan tetap membaca sejauh tidak merasa kenyamanannya terganggu.