Arsip

Saturday, September 10, 2011

“SHALAT MENYEMBAH AGAMA CIPTAAN ALLAH,
BERBEDA DENGAN SHALAT MENYEMBAH ALLAH”
(Lanjutan tentang TAUHID) Oleh : KH Amiruddin Syah

Mari kita lihat dua ayat yang berbeda sasarannya sbb :

”Hadapkanlah wajahmu kepada agama ciptaan / fitrah ALLAH” (Ar-Rum S.30 : 30)

”Padahal mereka tidak diperintah, kecuali menyembah ALLAH dgn LURUS”
(Al-Bayyinah S.98 : 5)

Ini perlu diajarkan kembali terutama di sekolah2 unggulan. Kepada Guru pengajar Agama, diharuskan memahami dan mengerti, apakah shalat menyembah agama ciptaan Allah atau menyembah ALLAH, ini sangat jauh perbedaan dan visinya. Sebab, anak2 yg hadir di abad 21, yakni abad kelipatan Tujuh ini, secara alami banyak yg punya kemampuan SPIRITUAL QUOTIENT yang tinggi.

Hakekat Shalat ialah berhubungan langsung dengan ALLAH, sebagaimana disampaikan dlm surat Al-Bayyinah 98 : 5 di atas. Kalau shalat hanya sebagai kewajiban saja atau sebagai tiang agama, maka itu berlaku hanya sebagai amal yg tidak ada hubungannya dgn Allah. Ini yg disindir di dlm surat Al-Baqarah S.2 : 71. Ibarat Sapi pembajak bumi atau Kuda pengangkut Kitab, karena diperintah majikannya. Sedang beragama harus Merdeka, tidak terikat oleh Ruang dan Waktu.

Pertama : MENGHADAP ( MI’RAJ) :
Dalam shalatnya dia menghadap dan menyaksikan kepada siapa ia menghadap. Sedangkan yg dihadapinya, jelas tampak dan telah menyaksikan terlebih dahulu terhadap yang menghadap, inilah ”Shalat Mi’raj”.
Contoh : ”Seorang prajurit berusaha menghadap kepada Panglimanya di Markas Besar.
Waktu bertemu, dia langsung memberi hormat dan Panglimanya pun membalas dgn hormat pula”. Begitulah hubungan Manusia dgn Tuhannya. Begitulah hakekat shalat sesuai dgn surat Al-Kautsar S.108 ayat 2 : ”Fasalli li rabbika wanhar” (Shalat yg khusyuk tidak bergerak dan tidak berucap, sebab sedang menghadap dan meng-qurban-kan Jasad).

Kedua : MENGINGAT ( DZIKRULLAH ) :
Sesudah mengenal serta melihat dan dilihat. Ketulusan kepada Allah dan penyembahan kepada Allah menjadi mudah.Inilah shalat terus menerus sebagaimana diperintahkan Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Maarij S.70 : 23 :”Aladzi nahum ’ala shalaatihiim da’imuum”, Artinya : Mereka tetap dalam bershalat terus menerus.
Inilah shalatnya para Nabi, termasuk Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa AS. Dan begitu pula perintah pertama dari Allah kepada Nabi SAW, sewaktu beliau pertama kali berjumpa dgn Allah di Malik ul Mulk (Singgasana Allah di Arshy). Diperintahkan Allah agar umat Manusia bershalat sesuai dgn perintah Al-Ma’arij S.70 ayat 23. ”Bershalat dan berqurbanlah”. Surat Al-Kautshar S.108 ayat 2 (menghadap).
”Bershalat dan berzakat”.: Surat Maryam S.19 ; 31 (menghadap).
”Bershalat mengingat Allah lebih besar manfaatnya!’ Surat Al-Ankabut S.29 : 45 (Dzikrullah).

Sebuah Syair mengatakan sebagai berikut :
”Dibangunkan Masjidil Haram Oleh Nabi SAW.
Di situlah Insan melaksanakan kewajiban.
Dibangunkan Masjidil Haram Oleh Tuhan.
Di situlah Ihsan Menyembah, Menemui Tuhan”.

Terkait dgn taqwa, maka mereka yg beriman sangat takut meninggalkan shalat. Jadi taqwa di sini bukan takut api neraka, melainkan karena CINTAnya kepada Allah yang dilambangkan sebagai Kekasih :
”Para pecinta nanar mencari Yang Dicintai,
Kerinduan memancar dari Hati Sanubari,
Pencari mencari Sang Kekasih, ingin menemui,
Yang Dicintai segera datang menghampiri”

Sesuai dgn hadits Nabi SAW :
“Sejengkal engkau ingin menemui Allah, maka sedepa Allah mendatangimu.
Berjalan engkau menuju Allah, maka berlari Allah menghampirimu”

Allah mampu memelihara perjalanan si Fakir dan sekaligus munajat si Fakir itu segera ditepati oleh Allah, sehingga antara si Fakir dgn Tuhannya, tiada jarak berjarak. Kalau umat Manusia yg beragama berusaha ke arah perjumpaannya kpd Allah, maka dari sini nanti akan muncul keseragaman pandang terhadap kehadiran Allah, dan mereka sama-sama ”Berukhuwah Bashariyah”, maka terhindar dari perpecahan baik antar agama, maupun intern agama. Dari sini munculnya akhlak, budi pekerti yg baik, serta tingkah laku sopan, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Sebagaimana amanah, fathonah, sidiq , tabliq dan qana’ah yg dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ketiga : SHALAT MENCARI KEHADIRAN ALLAH
Berusaha dan berdoa ditujukan hanya kepada Allah. Sebagai Fakir harus Jujur, jangan berlagak pintar. Termasuk kepada Guru Tauhid, harus jujur dan polos, sebab kalau belang atau sudah merasa pintar, maka Guru Tauhid-Mursyid akan berlalu dgn senyum. Di sini sering terjadi, karena merasa sudah di-Ulama-kan akhirnya malu mengakui kekurangan, padahal itu merupakan kekurangan yg fatal.
Shalat kalau tidak jelas yg dituju atau yg sedang fakir kepada Allah, tidaklah shalatnya akan khusyuk. Jadi shalat yg khusyuk, pada umumnya berlaku pada urutan pertama dan kedua dari shalat yg dijelaskan di atas.
Sebuah syair :
”Gerakan Shalat dapat berbeda,
Tujuan Shalat hendaklah sama,
Bukan mengharapkan upah Surga,
Melainkan ingin akrab kepada NYA”.

Keempat : SHALAT KARENA KEWAJIBAN ATAU KARENA PERINTAH
Hal seperti ini yg banyak terdapat pada umat beragama. Saya shalat karena diperintah, krn kewajiban. Kalau akal sudah tidak bertanya lagi, perintah untuk apa, ayatnya yg mana, ini termasuk menggunakan akal naluri. Bekerja atas perintah atau karena mengharap upah surga, supaya mudah rezki dunia, supaya perut kenyang, ini tidak termasuk ibadah, kecuali amal saja, bahkan sia-sia.
Begitu pula shalat ikut-ikutan, ini juga termasuk amal olah raga. Jadi amal merupakan perbuatan dunia yg baik. Amal adalah berbuat baik thdp sesama manusia. Berbuat baik terhadap alam lingkungan termasuk hewan. Berbuat baik terhadap diri sendiri, terutama yg terkait dgn ibadah. Diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW : "Jangan berbohong, jangan tidak membayar hutang, jangan mungkir janji". Kebohongan yg paling berat dan yg paling besar ialah berbohong kepada Allah. Coba kita renungkan suatu Kalimat Syahadat :"Bersaksi Aku, tiada Tuhan Selain Allah, dan Bersaksi Aku bhw Muhammad adl Rasul Allah". Renungkan dan bawa Tafakur, lalu tanya diri sendiri, jangan mengkhianati diri dan orang lain, hakimi diri sendiri dgn pertanyaan : "Kapan dan di mana saya bersaksi?", "Seperti apa yg saya saksikan itu?". "Di mana dan Muhammad mana yg telah saya saksikan?". Pertanyaan demikian hendaklah disampaikan dalam kejujuran.
Blog ini semata untuk mereka yang meyakini bahwa keindahan, keagungan dan kebesaranNya justru tampak lebih jelas dan indah didalam perbedaan-perbedaan dan keaneka-ragaman yang diciptakanNya dan disamping untuk menambah wawasan bagi saudara-saudara kami yang meyakini adanya kedamaian universal didalam kebenaran Islam. Bagi saudara-saudara kami yang merasa sudah mencapai Kebenaran pada jalan berbeda, kami ucapkan selamat dan terimakasih kami atas toleransinya yang sudah diberikan kepada kami. Jika pemahaman kami ini terasa mengganggu kenyamanan Ibu / Bapak / Saudara-saudari kami mohon keichlasannya untuk memaafkan, biarkanlah kami tetap dalam upaya 'pencarian' kami dan kami persilahkan menutup blog ini atau silahkan tetap membaca sejauh tidak merasa kenyamanannya terganggu.