Arsip

Thursday, May 22, 2008

Surat untuk Seorang Sahabat

Untuk Yth. Sahabatku


Bismillaahir rahmaanir rahiim.

Mudah2an penjelasan tentang pemahaman kami ini membawa kebaikan untuk kita semua. Sekali lagi pesan aku, bahwa tidak ada sedikitpun niatan aku menggurui. Bagi aku engkau jauh lebih paham dalam soal keimanan. Mohon dalam membaca ini anggaplah hanya sebagai menambah wawasan & obat penasaran saja bahwa di pojok dunia ini ada segolongan umat Islam yg demikian seperti ini pemahamannya. Jangan disimpan di hati jika tidak berkenan.
Orang lain / umum mengatakan ini adalah “Bid’ah”. Tentunya engkau jauh lebih paham hukumnya “Bid’ah” dalam syareat, jadi aku tidak usah cerita ttg itu ya. Kalau sudah pusing aku mohon jangan dilanjutkan membacanya.
Ajaran ini tidak “umum” di Indonesia walaupun pengikutnya banyak, ada yang menyebutnya "Haqmaliah" dll . Dalam paham ini sampai batas-batas tertentu (terutama yang sifatnya menyangkut kedalam diri, pribadi) pintu “Istihaj / Ijtihaj” masih dibuka dan kami tidak boleh “Thaklid” buta, tapi harus “merdeka” berfikir dan berkehendak..

Sebenarnya banyak sekali yang ingin aku tulis, tapi selintas saja dulu supaya tidak pusing, sebab banyak hal yang bertentangan dengan apa yang sudah kita pelajari sejak kita kecil.

Pertama mengenai Nabi Muhammad SAW

QS 18:110 Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

QS 33:21 Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Yang dimaksudkan diatas adalah Muhammad yang putra Abdullah yang manusia yang nama sebenarnya adalah Achmad bin Abdullah. Bagi kami pesan moralnya pada firman tersebut tersirat bahwa Nabi Muhammad SAW adalah contoh dan teladan bagi kami.
Dengan usaha keras dan sungguh2 (jihad) kami percaya bahwa kami harus dapat melaksanakan “semua” apa-apa yang dicontohkan beliau kepada kami ini. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Jadi bukan sekedar dongeng disambung dongeng dari mulut ke mulut yang panjangnya bisa ber abad-abad bersama dengan bumbu-bumbu yang lain.

Kalau sampai disini sudah pusing, istirahat dulu. Nanti dapat dilanjutkan bacanya lagi.

Bagi Kami ada Muhammad dan ada “Muhammad” diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artnya “Yang Terpuji”.
Ada dua pengertian untuk nama Muhamad, yang pertama Nabi Muhammad SAW sebagai pribadi (Achmad putra Abdullah yang bergelar Muhammad) sering disebut sebagai Nabi Muhammad SAW dan yang berikut adalah Muhammad atau “Yang Terpuji” (sering disebut sebagai Nur Muhamad – “Cahaya Yang Terpuji”) yang bukan bapak dari seorang manusia pun. Ini tersirat dalam QS 33:40 "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Muhammad (atau “Nur Muhamad, yang bukan bapak dari manusia atau jelasnya bukan Muhamad yang puteranya Abdullah) inilah yang disebutkan didalam Injil Barnabas -sebagaimana disabdakan oleh Isa Al Masih- yang ditemui oleh Adam, Ibrahim, Nabi2 yang lain maupun Jesus (Isa) pada zamannya masing-masing. Perlu diingat bahwa pada saat-saat itu Achmad / Nabi Muhammad SAW yang puteranya Abdulah belum dilahirkan.
Kami percaya bahwa Nur Muhammad ini yang selalu diturunkan, diutus, “ditempatkan” Allah kedalam jasad setiap ada pribadi tertentu (Nabi maupun RasulNya) yang diutus Allah (seolah ‘menutupi/melingkupi/menyelimuti’ setiap utusanNya). Itulah makna yang dimaksud sebagai Nabi ‘Penutup’. Apakah dari Nabi Ibrahim sampai Isa Almasih bukan 'Yang Terpuji' ?


Kedua mengenai Al Qur’an

Kami percaya bahwa setiap orang dalam mengkaji (bukan "mengaji") Al Qur’an selalu akan ada yang “mendampingi” (yaitu selain "Malaikat Jibril" juga ada Nur Insani) dan memberikan 'rasa' penerangan kepada kita jika memang mata bathin kita terlatih dan jika kita memang kita mau dan ingin “mendengar” dan ”meminta-minta” pada Allah agar kami bisa “mendengar”. Inilah yang kami sebut sebagai “Fakir” dalam pengertian bathiniah .
Umumnya orang Indonesia tidak mengenal, tapi orang barat lebih mengenal istilah “Hearing without listening”, mendengar tidak dengan telinga tetapi dengan bathinnya.
Itu semua disampaikan Allah kepada kita melalui "Jibril" (supaya mudah dan umum kita sebut Jibril saja) langsung kedalam hati kita seperti tersirat dalam:

QS 26:192 Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
QS 26:193 dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril),
QS26:194 kedalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.

Kami percaya bahwa, bahkan dengan membaca 1 ( satu) ayat firmanNya saja pun kalau Allah berkehendak maka ayat tersebut akan sangat mempunyai makna yang luas bagi manusia yang mengharapkan ridhoNya sesuai dengan kebutuhan rohkani / bathin si “Fakir” pada saat tersebut. Kami percaya Al Qur’an bukan sekedar cerita sejarah / dongeng dari Nabi-nabi atau orang-orang jaman dahulu tapi juga dapat terjadi pada kita manusia zaman manapun. Secara bathiniah setiap ayat bisa dibuktikan oleh setiap umatnya. Begitu kita mengatakan bahwa: “hal itu tidak mungkin / mustahil" sesegera itu pula Allah menghijab diri kita terhadapNya. Sebaliknya "Al Qur’an" memiliki kekuatan “mengetarkan qalbu” umat manusia yang memang “mau” agar dapat menjadi peka dan amat tajam “melihat” dan “mendengar” kembali seperti tersirat pada QS 50:22 "Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam". Jadi Al Qur’an jangan dibaca seperti komik / dongeng dengan diurut-urut jalan ceritanya atau waktu-waktu kejadiannya, tetapi jalankan saja perintah yang ada didepan kita dengan memakai akal sehat yang dikaruniakanNya kepada kita. Yakini semua bisa terjadi dan dibuktikan secara rokhaniah / bathiniah. Kita harus dapat membuktikan setiap ayat. Kalau tidak bisa membuktikan ataupun firmanNya harus terikat ruang dan waktu artinya pembacanya masih menganggap Al Qur'an sebagai dongeng saja.

QS 68:15 Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala."
QS 83:13 yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu".
QS 83:14 sebenarnyalah, apa-apa yang mereka kerjakan itu telah membuat hati mereka gelap
QS 83:15 sebenarnyalah sesungguhnya mereka pada hari itu terdinding dari Tuhannya.
Juga QS 6:25, 23:83, 25:5, 46:17 dll (banyak sekali).
QS 50:22 Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu yang menutupimu, maka penglihatanmu pada hari ini sangat tajam.

Ketiga: Pemahaman ayat tentang bintang, bulan dan matahari serta benda-benda langit yang lain bukan untuk diilmiahkan (yang utama ini menyangkut rohani dulu) sekedar menjadi penunjuk arah pengganti kompas saja, tetapi secara bathiniah juga merupakan rambu penunjuk jalan pada perjalanan dalam kegelapan lautan rokhaniah kita untuk mencari dan kembali kepada Yang Maha Pencipta.

QS 12:4 (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

QS 18:17 Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

QS 27:44 Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".

QS 6:97 Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.

Kalau Sholat / tafakur / berdoa jika memang khusuk maka kami akan melihat bulan matahari atau bintang secara nyata di “langit yang terdekat” atau di gua “Kahfi” atau bahkan kadang-kadang setelah selesai kita mendapatkan bahwa tempat dimana kami berdoa beberapa saat hilang seperti tembus pandang seolah kami melayang berada ditengah padang yang sangat luas ( yang dalam QS 27:44 diatas disebut sebagai istana kaca, karena semua hilang dan tembus pandang dan tak ada satupun benda ciptaan manusia yang tampak)

Mohon perhatikan dgn cermat QS 18:17 diatas, didunia nyata mana mungkin ada gua, jika kita masuk kedalamnya, didalamnya menjadi lebih luas jika dibandingkan dunia terbuka diluar gua tersebut ?
Dan dimana di dunia nyata ini (fisik) dari dalam gua kita bisa melihat matahari terbit dari kanan dan tenggelam dikiri?

Gua yang luas dalamnya dan kita dapat menyaksikan alam semesta itu adanya di “Qalbu” dari tempat itu kita memandang “langit terdekat kita”. Bintang-bintang “Dilangit yang terdekat” itulah yg dipakai untuk melontar / mengusir syaitan-syaitan yang menggangu kita seperti yang disebutkan dalam QS 67:5, 37:8 dibawah.


QS 73:5 Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari.
QS 67:5 Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
QS 37:6 Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang,
QS 37:7 dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka,
QS 37:8 syaitan-syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru.

Pengalaman rokhani ini sebenarnya tidak boleh diceritakan kepada orang yang belum “Fakir” seperti yg disampaikan dalam QS 12:5 dan QS18:19 karena akan mencelakan diri kita sendiri, tapi aku percaya hati anda sudah cukup siap untuk mendengar hal ini (mungkin memang sudah begitu dari “sono”nya sesuai dengan karma yang sudah kamu bawa dari kehidupan sebelumnya).

Semesta ini bagi kami terdiri dari
Alam Macro (jagad Kabir) dan Micro (jagad sagir). Macro adalah semesta alam luas yang dapat kita lihat dengan indra fisik kita maupun yang ada atau hadir secara fisik di semesta ini, sedangkan yang micro ada pada (dalam )diri kita sendiri, sehingga orang yang ‘paham’ sering menyebut bahwa manusia adalah jagad sager/micro).

Timur maupun barat atau tempat terbit serta terbenamnya matahari maupun matahari itu sendiripun ada yang Macro dan Micro (kalau dipanjangkan maka…. Apapun, termasuk Ka’bah pun ada yang Macro dan ada yang Micro tapi lupakan itu saja dulu ya).

QS 55:17 Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.

Ada juga pihak yang menterjemahkan firman diatas sebagai dua timur atau dua barat, keduanya sama “lurus”nya. Yang dimaksud dengan “dua” disini kami yakini sbb.; Pertama yang kita lihat dengan mata lahir kita sedangkan yang ke”dua” yang hanya bisa kita lihat dengan mata bathin kita, yaitu “Di langit yang terdekat”. Seperti yang aku katakan diatas bahwa setiap firman minimal secara rokhaniah harus bisa dibuktikan.
Dalam mencoba memahami terjemahan QS upayakan sebisa mungkin untuk tidak menyertakan terjemahan yang berada dalam tanda kurung.

Keempat: Mengenai Syahadat

Mengenai syahadat, kami percaya bahwa setiap manusia saat sebelum dilahirkan sudah membaca Syahadat yaitu saat masih bermukim diantara tulang “Sulbi”. Hal ini tersirat dalam

QS 7:172 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Oleh sebab itu menurut saya (ini menurut saya) itulah sebabnya ada bayi yang dilahirkan meninggal, mungkin karena “dia” membantah sejalan dengan reinkarnasinya siapa “dia”dahulunya.

Dalam injil Barnabas dikatakan Adam sebelum keluar dari “Surga” pun membaca Syahadat, sebagai layaknya semua bayi sebelum lahir melakukan sumpah ‘Alastu’. Dalam Al Qur’an secara bathin / tersirat disampaikan dalam :

QS 2:37 Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Kelima: Penciptaan Alam Semesta yang Macro serta yang Micro yaitu manusia

QS 57:4 (juga QS7:54) Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

QS 50:38 Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.
Juga Lihat QS: 7:54, 10:3, 11:7, 25:59, 32:4, 50:38

Jika kita simak hampir semua firman tentang penciptaan semesta selalu menyinggung “Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy” atau yang senada. Sebaiknya kita masing-masing merenunginya sendiri-sendiri. Sebab setiap mazhab biasanya memiliki makna sendiri-sendiri yang masing-masing jauh berbeda. Bagi kami Arsy itu adalah tempat tertinggi yaitu Qalbu kita.

Jasad manusia ( yaitu alam semesta yang micro) pun diciptakan dalam 6 (enam) masa yaitu:

1.QS 23:12 Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
2.QS 23:13 Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
3.QS 23:14 Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
4.QS 23:14 lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
5.QS 23:14 dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
6.QS 23:14 lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Jadilah dia makhluk yang (berbentuk) lain.

setelah jasad terbentuk ada proses lain (kadang kami sebut yang ke 7) yaitu peniupan Ruh, yang kami yakini bahwa Ruh itu tidak diciptakan, tapi Ruh adalah percikan ‘nafas’ Ilahi yang ditiupkan kepada hanya kepada satu jenis mahluk ciptaanNya, yaitu manusia. Itulah sebabnya dikatakan awalnya manusia lebih mulia dari malaikat dan jin maupun mahluk lainnya yang ruhnya diciptakan, bukan dari percikan ‘nafas’ Ilahi.
Dari satu hingga yang ketujuh itulah makna dari tujuh langit. Apakah kita selamat sampai di langit yang ketujuh? Dapat kembali kepada Allah dengan ruh yang bersih seperti awalnya?

QS 32:9 Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Aslinya dalam Al Qur’an tidak ada kata-kata yang ditulis dalam kurung, kalimat yang ditulis dalam kurung adalah tafsir tambahan manusia, yang bisa berbeda dari setiap golongan (orang) menurut kepentingan masing-masing. Saya lebih suka memakai akal saya sendiri.


Juga,

QS 38:72 Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".

Penutup
Yang lebih penting dari semua hal diatas adalah hati kita tempat pangkal kita berangkat menuju Sang Khalik, jika dia bersih dan bening maka menghadap ke “timur” atau “barat” hanyalah masalah yang nomor ke sekian dari buntut. Yang utama adalah Kebeningan hati dimana Nur Ilahi yang bersemayam di Qalbu dapat menembus keseluruh pemikiran hingga urat-urat darah kita, dimana karena beningnya Qalbu membuat Qalbu itu sendiri sudah bercahaya tanpa tersentuh api. Tidak tumbuh di timur dan tidak tumbuh dibarat tapi tumbuh didalam hati yang bening dan hening (bersyukur bahwa Allah masih mempertemukan saya dengan orang seperti itu, setidaknya walapun saya tidak mahir tapi saya paham bahwa selama ini ‘saya’ bukan yang paling benar) Hal diatas tersirat dalam:

QS 24:35 Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Yang awal dahulu untuk awal perjalanan kita agar mudah yang dapat kita petik dari ayat tersebut – Agar kita menjadi orang yang dikehendaki Allah agar kita dapat melihat CahayaNya – Bagaimana? Ya jangan menghakimi orang lain baik jasmaniah maupun rohaniah bukankah itu juga termasuk dalam salah satu dari tiga perintahNya kepada kita dalam QS2:62, QS5:69.

Last but not least, sekedar selingan kita ingatkan lagi

QS 3:7 Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang mempunyai akal.

Walaupun matahari sudah diufuk barat mudah-mudahan aku masih bisa mengambil pelajaran (Aku masih belum bisa adil pada yang “istriku” yang empat itu si Muthmainah, Amarah, Suphiah, Wallamah. Dan mungkin “binatang ternak”ku pun tanpa sepengetahuan melompat pagar ke dalam kebun orang lain dan mungkin juga makan ditempat itu). ‘Istri’ atau ‘Binatang
Ternak’ dalam Al Qur’an adalah simbolisasi dari nafsu manusia yang harus diperlakukan dengan adil dan atau ‘binatang ternak’ harus di’gembalakan’ dengan baik.

Ya begitulah sebagiannya. Kaum ‘Esoteris’ pun juga terdiri dari ber macam-macam alirannya boleh saja ‘agak’ berbeda seperti juga kaum syareat. Hanya saja kaum esoteric mengurus kedalam dirinya sendiri bukan memandang keluar dirinya, mengatur orang lain. Itu namanya usil.
Blog ini semata untuk mereka yang meyakini bahwa keindahan, keagungan dan kebesaranNya justru tampak lebih jelas dan indah didalam perbedaan-perbedaan dan keaneka-ragaman yang diciptakanNya dan disamping untuk menambah wawasan bagi saudara-saudara kami yang meyakini adanya kedamaian universal didalam kebenaran Islam. Bagi saudara-saudara kami yang merasa sudah mencapai Kebenaran pada jalan berbeda, kami ucapkan selamat dan terimakasih kami atas toleransinya yang sudah diberikan kepada kami. Jika pemahaman kami ini terasa mengganggu kenyamanan Ibu / Bapak / Saudara-saudari kami mohon keichlasannya untuk memaafkan, biarkanlah kami tetap dalam upaya 'pencarian' kami dan kami persilahkan menutup blog ini atau silahkan tetap membaca sejauh tidak merasa kenyamanannya terganggu.