Arsip

Friday, August 15, 2008

Kemelut Dalam Rumah Tangga Karena Perbedaan Keyakinan

Saya menulis ini karena saya melihat begitu banyak anak-anak yang hancur dikarenakan orang tuanya yang berbeda agama tetapi pemahaman atas agamanya maupun kitab-sucinya kurang memadai ditambah lagi pribadi yang kurang kuat sehingga mudah diombang-ambingkan orang lain .
Disini saya menyinggung perkawinan antara seseorang yang beragama Islam dengan pasangannya yang non Islam. Karena saya seorang muslim tentunya lebih baik saya berbicara dari sisi Islam dari visi yang universal.
Sebelum saya masuk ke pokok bahasan mari kita baca ayat-ayat Allah yang memerintahkan kita seorang muslim untuk menghormati umat beragama lain. Tidak ada ruginya kita membacanya dulu. Seperti masakan, cicipi dulu kalau tak cocok silahkan anda melepehnya.
Setelah itu pilihan akhir ada pada Ibu / Bapak masing-masing, bukankah Ibu / Bapak sendiri kelak yang harus mempertanggung jawabkan kehancuran anak-anak dan rumah tangganya, bukan saya dan bukan pula ‘tukang kompor’ yang menganjurkan Ibu / Bapak menghancurkan rumah tangganya sendiri dan menambah seteru dilingkungannya.
Firman-firman yang saya sitir disini adalah dari Al Qur'an, semata untuk 'mendinginkan' pihak yang beragama Islam agar mereka paham 'tugas' mereka yang diberikan Allah dalam kehidupan berumah tangga. Pasti dari pihak agama yang lainnya ada yang sepemikiran dengan saya yang juga tidak ingin melihat suatu rumah tangga tersebut hancur dan mengorbankan putra-putri mereka hanya karena pemahaman yang dangkal terhadap agamanya masing-masing dan celakanya kemudian mereka meng'kambing hitam'kan Tuhan demi ego mereka.
QS 39:18[1] bermakna “Dengarkanlah, dan ikutilah yang terbaik”, kalau yang kita dengar dari ukuran nalar dan hati nurani adalah baik dan bermanfaat bagi kita tentu kita boleh (bahkan kita wajib) mengambilnya tanpa membeda-bedakan agamanya, walaupun yang bicara hanya seorang papa.
Kita wajib membuka pintu hati kita seluas-luasnya tanpa prasangka kepada siapapun juga tanpa memandang agama serta kepercayaan yang mereka anut (Allah dalam QS 2:62[2], 5:69[3], 22:17[4] sama sekali tidak membeda-bedakan umat apapun juga, kasih dan hukumNya berlaku sama bahkan terhadap penganut agama-agama zaman purba, penyembah bintang dll. atau disebut kaum shabiin, dan kaum Majusi atau disebut kaum penyembah api sekalipun).
Ada atau banyak orang-orang disekeliling kita yang menyampaikan bahwa menikah dengan pasangan beragama lain adalah sebuah dosa.
Mari kita lihat ayat-ayat yang mengatakan sebaliknya (kalau memang kita mau mengikuti anjuran Allah yang tentunya dengan penafsiran yang positif, tergantung niat masing-masing apakah ingin berjihad dalam kemulian atau mau jadi jahat). Coba simak firman-firmanNya dibawah ini dengan akal sehat dan hati dingin, buang jauh-jauh dahulu hasutan-hasutan (inilah makna bahwa orang beragama hatinya harus merdeka) yang selama ini sering ditiup-tiupkan ke telinga kita, agar kita dapat berfikir jernih. QS3:45 ketika Malaikat berkata:"Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)".
Isa Al Masih, umat Kristen dan Katholik menyebut Yesus Christus, perbedaan nama jangan diperdebatkan, itu adalah sekedar masalah bahasa. Beliau adalah utusan Allah yang terkemuka bukan saja didunia tetapi terkemuka sampai di akhirat. Apakah karena kita sering mendengar hasutan yang tidak jelas kemudian kita akan membantah firman Allah diatas? Terserah masing-masing, keyakinan adalah multiple choice, kita harus memilih salah satu, mau jihad atau jahat. Mari kita perbandingkan status beliau dengan nabi Musa dan yang lainnya yang hanya memimpin saat berada didunia, artinya setelah beliau (nabi Musa) mangkat Allah mengangkat utusanNya yang lain yang menggantikannya memimpin didunia saat masih hidup didunia. Tetapi tidak demikian dengan Isa Al Masih beliau tetap memimpin (terkemuka di akhirat) setelah beliau wafat dan diangkat kelangit.
Kemudian untuk menambah wawasan carilah didalam Al Qur'an apakah ada yang lain yang pernah diberikan gelar langsung oleh Allah selain Isa Al Masih? Jangan marah kepada saya tapi bacalah dulu terjemahan Al Qur'an dari awal hingga akhir dengan hati jernih dan pikiran terbuka. Jangan sekedar mendengar kata orang saja. Dan Kalau kurang jelas kita dapat membaca terjemahan Al Qur'an dari penerbitan-penerbitan yang lain sebanyak-banyaknya agar kita tidak disesatkan orang lain untuk kepentingan mereka.
Simaklah kitab suci kita baik-baik. Kita tidak pernah mengizinkan orang lain memasukan ‘sendok’ bekas mulutnya kemulut kita, tapi mengapa kita mau menerima hal yang sangat lebih penting (pemahaman kitab suci serta agama) dari orang lain tanpa kita kaji kebenarannya?.
Mungkin saja ada yang ‘membisikan’ anda bahwa kitab lain adalah buatan manusia. Saya ingin bertanya; "Apakah kita sudah membuktikannya sendiri?", Pasti jawabannya "Belum pernah". Seandainya memang benar demikian lalu apa urusan kita? Sudahkah anda membaca sejarah Al Qur'an dan Al Hadist, sejarah Islam secara benar, rinci dan seksama? Ayo, yang obyektif dan adil lah! Bacalah, kemudian bagaimana menurut anda?!
Allah menurunkan firman-firmannya kepada umat apapun agar umat manusia membenahi dirinya sendiri, bukan mengatur orang lain. Berkaca dan realisitis lah!
Pikirkanlah dalam-dalam mengapa Allah tetap memerintahkan dalam Al Qur’an melalui nabi Muhamad kepada umat Isa Al Masih untuk tetap wajib membaca Injil didalam QS5:47[5]? Lalu apa dalilnya kita menganggap kafir jika salah satu anggota keluarga kita membaca tetap Injil sedangkan Allah dalam ayat tersebut memerintahkannya tetap membaca Injil ? Apa karena kita menganggap diri kita paling benar, suci dan superior? Sekali lagi, berkaca dan realistislah! Kajilah dalam-dalam dengan hati jernih, Atau mungkin masih ada manusia yang suka berkilah; “Itukan dahulu, sekarang sudah tidak berlaku”. Kalau demikian kenapa tidak kita hapus saja ayat tersebut. Anda yakin berani? Bukankah dikatakan al Qur’an berlaku hingga akhir zaman? Lalu bagaimana mungkin ada firman didalamnya yang sudah kadaluwarsa? Jadilah umat yang dewasa berpikir, jangan menjadi manusia seperti yang disindir Allah dalam QS73:17. Diperumpamakan sebagai ‘anak-anak yang beruban’ yaitu orang dewasa walau sudah bertitel S3 (Sampun Sepuh Sanget), sudah beruban tetapi masih berfikir seperti kanak-kanak yang masih memegang teguh dan meyakini cara pendekatan pelajaran guru agamanya saat ia masih kanak-kanak yang menyampaikan dengan dongengan masa kanak-kanak. Tidak mau ‘dewasa’ berfikir, menganalisa dan membuktikannya sendiri, walaupun akal serta nalarnya telah berkembang dewasa. Begitulah Al Qur’an memberikan perumpamaan.
Kalau kita berumah tangga dengan pasangan yang berlainan kepercayaan mengapa kita tidak mengamalkan QS5:48 "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu".
Maknawiahnya Allah menekankan kepada kita manusia yang pelupa dan banyak kekurangannya bahwa Allah menciptakan bermacam-macam agama agar masing-masing berlomba-lomba berbuat kebajikan untuk mengabdi kepada Allah melalui jalannya masing-masing, bukan saling menghancurkan sampai mengorbankan titipan Allah yaitu putra-putrinya maupun dirinya sendiri. Itu kurang cerdas namanya. Sebenarnya secara harafiah ayat tersebut banyak sekali memberikan penjelasan untuk penyelesaian atas pertengkaran / perselisihan agama.
Allah memfirmankan bahwa baru kelak suatu saat Allah akan memberitahukan kepada manusia apa yang mereka pertengkarkan, tapi manusia adalah manusia, mahluk yang 'sok' tahu yang lebih suka mempertengkarkan dulu pepesan kosong yang bagi dirinya sendiripun belum jelas pokok pangkalnya, padahal Allah belum menjelaskan apa yang mereka pertengkarkan.
Mungkin masih ada pula ‘penghasut’ yang belum putus asa dan menyampaikan bahwa wanita jika menikah denga pria non muslim adalah zinah hukumnya. Saya coba menjelaskan dengan berputar dulu pada QS52:19-20 “(Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan, mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli”. Banyak ayat-ayat lain yang senada (QS55:56, QS55:70, QS55:72, QS56:22, QS37:48 dan masih sangat banyak lagi lainnya. Disitu disampaikan bahwa yang masuk surga seolah-olah hanya pria, pria disurga akan dikawinkan banyak bidadari. Lalu bagaimana dengan nasib wanita ?, tentunya banyak kaum mereka yang sholeha. Lalu kemana kaum wanita sholeha di tempatkan?. Padahal sering didengung-dengungkan “Surga berada ditelapak kaki Ibu”. Lalu bagaimana dengan sabda Nabi Muhamad bin Abdullah yang menyebut kata “Ibu” sebanyak 3 kali sebelum terucap kata “Bapak” ketika ditanyakan urut-urutan prioritas manusia yang harus dicintai seorang anak manusia? Dari jawaban Rosul jelas kedudukan Ibu (baca: wanita) lebih mulia dari pria. Penjelasannya maknawiahnya adalah; Ruh tidak bergender, ruh tidak ada pria atau wanita.
Manusia lebih mulia dari Jin dan Malaikat karena Ruh manusia tidak diciptakan ( berbeda dengan Jin dan Malaikat), Ruh manusia adalah percikan nafas Allah, itulah sebabnya Ruh tidak bergender, ruh bukanlah mahluk seperti manusia, sekali lagi, ruh adalah percikan 'nafas' Illahi. QS15:29 Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
QS32:9 Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalamnya roh-Ku dan Dia menjadikan bagi kamu penglihatan, pendengaran dan hati; sedikit sekali kamu bersyukur.
Kata-kata dalam tanda kurung diatas adalah tambahan manusia, dari satu mazhab ke mazhab yang lain sisipannya bisa sangat berbeda, mengapa kita tidak memakai akal kita sendiri seperti diperintahkan Allah jika memang kita mau berfikir, mengapa kita harus memakai akal orang lain, jadi abaikan saja yang dicetak dalam kurung tersebut.
Jadi mengapa kita mengatakan zina padahal jelas banyak ayat-ayat diatas yang menyampaikan bahwa berbeda agama dengan kita bukanlah kafir. Jadi jangan membuat dalil sendiri.
Banyak sekali bahasa ‘isyarat’ / mutasyabihat yang harus dipahami, disini saya sampaikan saja bahwa sebenarnya dalam Al Qur’an kata ‘wanita’ tidak selalu berarti manusia dengan gender tertentu tetapi juga mempunyai arti tersembunyi yang lain, yang salah satunya, berarti ‘jasad’, sedangkan ‘pria’ kadang-kadang salah satunya maknanya yaitu ‘ruh’. Begitu juga dengan kata-kata ‘bukit’, ‘gunung-gunung’, ‘bangunan bertingkat’, ‘petir’, ‘api’, 'bumi', 'langit' dll.
Mengenai kafir yang ada disinggung dalam Al Qur'an. Pernahkan Allah secara terbuka menyebutkan nama-nama orang yang dianggap kafir? cobalah Bapak / Ibu baca dengan seksama sekali lagi ayat-ayat favorit Ibu / Bapak tentang kafir tersebut. Allah hanya menyebut jabatan / kepangkatan saja (Fir'aun adalah pangkat /jabatan bukan nama pribadi) atau istilah "si Fulan"saja. Allah menyebutkan untuk kelakuan buruk seseorangpun dengan tidak menyebutkan namanya tetapi diistilahkan dengan 'si Fulan'.
Allah yang Maha Kuasa saja tidak pernah mengkafir-kafirkan nama-nama si A atau si B dan Allah pun tidak pernah menurunkan satu ayatpun yang memberi kuasa kepada manusia untuk mengkafir-kafirkan manusia lain.
Kafir dari asalnya kata kufur artinya 'gelap'. Jadi janganlah kita memelihara kegelapan/kebodohan. Dimana adanya kafir itu? adanya dalam diri kita sendiri, dimana saat nafsu kita meluap dan memperbodohi 'imam' dalam diri kita yaitu ruh-KU yang dititipkan Allah pada pada jasad kita untuk menjadi 'sais' atas nafsu kita yang empat. Salah satu contohnya adalah saat nafsu 'Amaroh' jika sedang memuncak / gelap mata sehingga kita lupa diri itulah sifat kafir kita. Saat nafsu Muthmainah sedang memuncak, sehingga si 'Kafir' menjadi malas mengingat Khaliqnya. Demikian pula dengan nafsu Wallamah dan Suphiah. Si'Kafir' adanya dalam diri kita sendiri jadi jangan dicari diluar, itu namanya usil. Marilah kita masing-masing menjumbang kebajikan dari diri kita dengan memperbaiki diri sendiri bukan dengan mengoreksi orang lain.
Seharusnya si Kafir-kafir (nafsu Muthmainah, Amaroh, Wallamah dan Suphiah) 'sujud' ikut berjamaah', di imammi oleh ruh-Ku bukan sebaliknya.
Apakah kita masih tetap akan melanjutkan meng ‘kafir-kafir’ kan orang lain yang juga menyembah Allah melalui agama lain? Itu artinya kita membantah QS2:62, QS5:69, QS5:47-48.
Seorang tokoh agama seharusnya men'dingin'kan rumah tangga yang dalam masalah, bukan menghasut. Jika sekiranya mereka mengatakan sebaliknya pastilah dia 'Musang berbulu ayam'. Sederhana saja, carilah pemuka agama / guru yang lain yang lebih cerdas mencernakan firman-firman Allah.
Guru rohani saya, KH Amiruddin Syah (Bapak Amir) pernah kedatangan sepasang tamu suami istri yang beragama Islam (istri) menikah dengan Khatolik (suami). Sang istri mendapat intimidasi dari seorang uztadjah terkenal. Katanya karena dia menikah dengan agama lain maka sama dengan berzinah, jadi harus bercerai. KH Amiruddin Syah mengatakan "Lanjutkan pernikahan kalian baik-baik, jangan dengarkan kata orang lain. Kalau memang itu berdosa, biar saya yang menanggung dosanya, sedangkan itu adalah bukan dosa sama sekali!"

Terakhir saya akan sampaikan QS38:29 dan saya masih berharap mudah-mudahan ini masih bisa membuka hati Ibu dan Bapak. Kalau Tuhan saja sudah tidak bisa membuka hati Ibu / Bapak yang ber'karat' apalagi saya yang hanya manusia biasa.
QS38:29 Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
Jelas bahwa kita diperintahkan untuk menyimak dan memahami serta melaksanakan perintahnya, bukan sekedar mendengar apa kata orang lain tanpa kita paham ilmuNya. Nah, mudah-mudahan kita tergolong orang yang berpikir.
Kalau firman Tuhan saja sudah tidak membuka mata hati Ibu / Bapak, apalagi saya.
[1] QS39:18 yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
[2] QS2:62 Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[3] QS5:69 – Lihat catatan kaki no 2 diatas.
[4] QS22:17 Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu[5] QS5:47 Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.


Blog ini semata untuk mereka yang meyakini bahwa keindahan, keagungan dan kebesaranNya justru tampak lebih jelas dan indah didalam perbedaan-perbedaan dan keaneka-ragaman yang diciptakanNya dan disamping untuk menambah wawasan bagi saudara-saudara kami yang meyakini adanya kedamaian universal didalam kebenaran Islam. Bagi saudara-saudara kami yang merasa sudah mencapai Kebenaran pada jalan berbeda, kami ucapkan selamat dan terimakasih kami atas toleransinya yang sudah diberikan kepada kami. Jika pemahaman kami ini terasa mengganggu kenyamanan Ibu / Bapak / Saudara-saudari kami mohon keichlasannya untuk memaafkan, biarkanlah kami tetap dalam upaya 'pencarian' kami dan kami persilahkan menutup blog ini atau silahkan tetap membaca sejauh tidak merasa kenyamanannya terganggu.